Senin, 31 Oktober 2011

SEJARAH DAKWAH BANI ABBASIYAH


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Dalam konteks alur historis, para sejarahwan pada umumnya menyatakan bahwa bangsa Arab merupakan bangsa yang pernah menguasai peradaban dunia, baik di bagian timur maupun barat, baik dalam bentuk ilmu pengetahuan maupun kebudayaan yang menyebar ke seluruh pelosok di belahan dunia. Hal ini ditandai dengan tersebar luasnya agama Islam yang merupakan salah satu identitas bangsa Arab di seluruh dunia melalui para pejuang-pejuang Islam pada masa dulu dengan ditemukannya peninggalan serta bukti sejarah lainnya, sehingga pada masa kini agama Islam menjadi salah satu agama yang mempunyai penganut terbanyak di dunia.
Agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah, beliau merupakan sosok revolusioner budaya bangsa Arab yang pada masa sebelumnya berada di bawah garis normal selaku manusia yang beradab, dan dengan budaya yang sangat memprihatinkan karena mayoritas tidak memiliki tata aturan kehidupan. Setelah Islam, datang dengan kehadiran nabi Muhammad, maka misi utama beliau adalah menyempurnakan akhlak bangsa Arab dan juga dunia pada masa tersebut.
Setelah nabi Muhammad wafat, Islam tetap berkembang dengan peranan para sahabat dan tabi’in di masa sesudahnya dengan melalui proses transisi yang panjang, sampai pada akhirnya peradaban Islam berkembang pesat ke seluruh dunia. Salah satu masa di mana Islam berkembang pesat adalah pada masa dinasti Abbasiyah, karena pada masa ini Islam maju dan menjadi salah satu agama yang memiliki banyak peran dalam kemajuan dunia. Terkait dengan materi yang ditawarkan pada mata kuliah Sejarah Dakwah yang menyangkut pembahasan tentang sejarah dakwah pada masa bani Abbasiyah, maka makalah ini disusun dengan mengangkat judul: Sejarah Dakwah Bani Abbasiyah.
B.     Rumusan Masalah
Rancangan struktur pembahasan masalah pada makalah ini dengan melihat beberapa sumber literatur yang memuat hal terkait dengan judul makalah adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana periode dinasti Abbasiyah?
2.      Bagaimana kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah?

C.    Tujuan Penulisan
Menyangkut rumusan masalah yang telah dicantumkan di atas, maka makalah ini disusun dengan tujuan membahas dan memberikan penjelasan mengenai hal sebagai berikut:
1.      Periode dinasti Abbasiyah
2.      Kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah


 
BAB II
PEMBAHASAN



A.    Periode Dinasti Abbasiyah
Tokoh pendiri dinasti Abbasiyah bernama Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas, dan dinamakan dengan dinasti Abbasiyah karena pendiri dan penguasa negeri adalah keturunan Abbas yang merupakan salah satu paman dari nabi Muhammad SAW.[1] Abdullah al-Saffah merupakan seorang khalifah (pemimpin) yang mempunyai loyalitas tinggi, sopan, dan disegani oleh rakyatnya pada masa tersebut.[2]
Awal mula pemikiran untuk mendirikan bani Abbasiyah adalah pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, hal ini dikarenakan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang dipandang sebagai orang yang fanatik terhadap agama, dan banyak membuat para Gubernur yang dianggap menyimpang diturunkan dari jabatan, selain itu juga disebabkan pada masa Mu’awiyah mendirikan dinasti Umaiyyah marak kebiasaan politik yang berupa siasat kekerasan, sampai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan pada akhirnya bermunculan propaganda untuk mendirikan negara baru.[3]
Pada abad ketujuh, terjadi pemberontakan di seluruh negeri pada masa dinasti Umaiyyah, dan yang paling dahsyat adalah antara keturunan Abbas melawan Marwan bin Muhammad yang pada akhirnya dimenangkan oleh keturunan Abbas, dan sejak masa itu dinasti Umaiyyah runtuh dan merupakan awal berdirinya pemerintahan dinasti Abbasiyah.[4]
Dinasti Abbasiyah berkuasa selama lebih dari lima abad, yaitu tahun 132 Hijriah sampai 656 Hijriah, beberapa pakar sejarah membagi dinasti Abbasiyah dalam beberapa periode yaitu:[5]
1.      Periode Abbasiyah I (132 H - 447 H); dan
2.      Periode Abbasiyah II (447 H - 656 H).
Dinasti Abbasiyah merupakan pemerintahan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang disebut Mamaluk pada abad 9, tepatnya pada masa pemerintahan Al-Makmun yang merupakan salah satu pemimpin dinasti Abbasiyah yang menjadikan tentara-tentara budak yang didominasi oleh bangsa Turki dan juga banyak diisi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur, ini merupakan suatu inovasi atau perubahan karena pada masa sebelumnya yang digunakan sebagai tentara adalah tentara bayaran dari Turki.[6]
Dasar-dasar pemerintahan dinasti Abbasiyah diprakarsai oleh Abu Abbas dan Abu Ja’far al-Mansur, setelah terbentuk sebuah infrastruktur yang kuat, pada tahap berikutnya dilanjutkan dengan masa keemasan agama Islam pada tujuh khalifah berikutnya, yaitu:[7]
1.      Al-Mahdi (775-785 M);
2.      Al-Hadi (775-786 M);
3.      Harun al-Rasyid (786-809 M);
4.      Al-Makmun (813-833 M);
5.      Al-Mu’tasim (833-842 M);
6.      Al-Watsiq (842-847 M); dan
7.      Al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa pemerintahan khalifah-khalifah tersebut, agama Islam mengalami kecemerlangan dalam peradaban sehingga menjadi peradaban yang paling maju di dunia pada masa tersebut, hal ini disebabkan karena kesadaran mereka dengan pentingnya ilmu pengetahuan, serta pemahaman mereka bahwa sebuah kekuasaan tidak akan kokoh tanpa dukungan ilmu pengetahuan, karena ilmu merupakan sumber dari kehidupan yang bermakna.[8]
Masa gemilang pada masa dinasti Abbasiyah adalah masa penerjemahan (750-900 M), karena banyak buku ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia, dan India, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, khususnya pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid dan al-Makmun, juga didirikan lembaga penerjemahan yang bernama Dâr al-Hikmah yang dipimpin oleh Hunain bin Ishak, selain itu yang menjadi pelopor penerjemahan lainnya adalah Yahya bin Masawaih.[9]
Masa kemunduran dinasti Abbasiyah berawal sejak masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 H/861 M-862 M), hingga masa kemunduran dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, yaitu pada masa pemerintahan Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim (640 H-656 H/1242 M-1258 M), adapun beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya dinasti Abbasiyah pada masa pemerintahan al-Mu’tashim, di antaranya adalah:[10]
1.      Adanya friksi[11] di dalam dinasti Abbasiyah, sehingga membuat dinasti Abbasiyah hanya sibuk mempertahankan wilayah yang sudah ada, kemudian mengamankan perbatasan wilayah, dan hal tersebut juga tidak dapat berhasil sepenuhnya, karena terdapat beberapa wilayah yang memisahkan diri dari pemerintahan pusat.
2.      Gaya hidup mewah pada lingkup pejabat serta keluarganya.
3.      Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi.
4.      Banyak serangan yang dilakukan kaum Salibis ke Palestina.
5.      Serangan Mongol[12] ke Baghdad yang mengakhiri riwayat dinasti Abbasiyah.
Dapat disimpulkan bahwa periode dinasti Abbasiyah ada dua, yaitu periode keemasan dan periode kemunduran, dan pada masa dinasti Abbasiyah merupakan masa kemajuan Islam yang paling pesat sehingga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, sehingga agama Islam dapat menyebar luas ke seluruh dunia dan kemudian menjadi salah satu agama yang terbesar dan memiliki penganut terbanyak di dunia.
B.     Kehidupan Dakwah pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berdiri di atas pedoman dasar yaitu agama Islam, selama masa pemerintahan dinasti Abbasiyah merupakan sarana dan pendukung dakwah Islam, dengan berlandaskan dakwah Islam dinasti Abbasiyah menjadi kerajaan Islam yang dapat mengubah dunia dengan cahaya Islam, dakwah pada masa dinasti Abbasiyah secara terperinci dapat dipahami sebagai berikut:[13]
1.      Lingkup negara dan penguasa
khalifah Abbasiyah Para pada masa keemasan merupakan ulama yang mencintai ilmu pengetahuan, sehingga mayoritas mereka menghormati para ulama dan pujangga, dan keturunan dari para penguasa mendapatkan pendidikan khusus dari para ulama dan pujangga tersebut, kemudian memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, kemudian melakukan perluasan dan pembinaan wilayah dakwah, dakwah Islam mulai redup dalam lingkup penguasa setelah dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran.[14]
Para pemimpin dinasti Abbasiyah pada masa keemasan dominan memandang dunia adalah sarana yang mengantarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan akhirat, mereka juga percaya bahwa seluruh materi tidak dapat dipisahkan dari rohani.[15] Para khalifah dinasti Abbasiyah periode keemasan telah berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan pengetahuan serta filsafat di dalam agama Islam, hingga masa setelah kemunduran dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan dan filsafat tetap berkembang hingga sekarang.[16]
2.      Lingkup masyarakat
Aktivitas dakwah dalam lingkup masyarakat tidak terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi di dalam lingkup negara dan penguasa, karena aktivitas dakwah dan ilmiah sangat marak dilakukan di Baghdad, karena masjid dan sekolah dipenuhi dengan kajian ilmiah dengan materi yang bervariasi, hal ini didukung dengan keberadaan ulama yang berperan besar pada masa tersebut.[17]
Para ulama berperan dalam hal pencerahan iman masyarakat pada masa tersebut, dan materi yang paling menonjol pada saat tersebut adalah tazkiyah al-nufûs (pembersihan hati), peringatan tentang negeri akhirat, serta ajakan agar tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia, materi-materi ini muncul sebagai bentuk reaksi dari aksi kemewahan dan kemaksiatan yang terjadi pada lingkup negara dan penguasa.[18]
Dapat disimpulkan bahwa kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah dalam lingkup penguasa berada pada masa keemasan, hal ini disebabkan para khalifah selain pemimpin juga seorang ulama, dan dalam lingkup masyarakat dakwah Islam berkembang pesat didukung peranan ulama yang banyak hidup dan dihormati oleh masyarakat dan pemimpin.







                                                                                          



[1]Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 117.

[2]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, pent. Muhammad Labib Ahmad, Cet. 9, Jakarta: al-Husna Zikra, 1997, h. 45.

[3]Hamka, Sejarah Umat Islam, Cetakan Keempat, Singapura: Pustaka Nasional, 2002,      h. 266.


[4]http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf Online: 24 Oktober 2010.

[5]Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah..., h. 117.

[6]http://blog.ub.ac.id/wahyu/2010/04/07/islam-pada-masa-bani-abbasiyah/ Online: 24 Oktober 2010.

[7]Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah..., h. 118.


[8]Yusuf al-Qardhawi, Meluruskan Sejarah Peradaban Islam, pent. Cecep Taufiqurrahman, dari judul asli, Târikhuna al-Muftara ‘Alaih, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, h. 123.

[9]M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran, Cetakan ketiga, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998, h. 12.

[10]Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah..., h. 119.


[11]Pergeseran, geseran, perpecahan, pergeseran (faham/pendapat). Lihat Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, h. 188.

[12]Pasukan di bawah pimpinan Jenghiz Khan pada tahun 1202 M-1227 M dari Karakorum. Lihat Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Abbasiyah Jilid III, Jakarta: Bulan Bintang, tt, h. 319.

[13]Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah..., h. 120.


[14]Ibid.

[15]Yusuf al-Qardhawi, Meluruskan Sejarah..., h. 121.

[16]http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah Online: 24 Oktober 2010.

[17] Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah..., h. 121.


[18]Ibid.

 
BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Sebagai hasil analisa dari berbagai literatur yang dapat dicapai, dan sebagai integritas dari perumusan masalah, maka makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Periode dinasti Abbasiyah ada 2, yaitu periode keemasan dan periode kemunduran, dan dalam masa periode keemasan dinasti Abbasiyah menjadikan Islam berkembang pesat, karena peradaban ilmu pengetahuan Islam menjadi sumber utama pengetahuan dunia, sehingga pada masa tersebut Islam berkembang dengan pesat dan tersebar ke seluruh dunia.
2.      Kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah dibagi menjadi dua lingkup, yaitu lingkup negara dan penguasa dan lingkup masyarakat, dalam lingkup negara dan penguasa dakwah Islam berkembang ketika masa keemasan, karena penguasa atau pemimpin pada masa tersebut selain sebagai pemimpin juga merupakan seorang ulama, sehingga di dalam lingkup pemimpin dakwah berkembang dengan pengajaran agama Islam yang diberikan oleh para ulama, akan tetapi dakwah di dalam lingkup negara dan penguasa ikut meredup pada masa kemunduran dinasti Abbasiyah, sedangkan di dalam lingkup masyarakat tetap berkembang pesat, karena banyaknya ulama yang berperan besar menghidupkan dakwah Islam pada masa dinasti Abbasiyah.
B.     Saran
Selayaknya pencetus karya adalah mengharapkan karya tersebut dapat menjadi manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang ada ketika penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan kesalahan tentu tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang mendasar dari kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah mengharapkan motivasi yang membangun dalam bentuk kritik dan saran.
Pada akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga dengan kesempatan dan perhatian yang diberikan, setidaknya permohonan maaf atas segala kesalahan dan kelalaian dalam makalah ini atau di dalam proses pembuatan makalah sederhana ini, baik dari paragraf, kalimat, kata, atau sikap selama proses pembuatan makalah ini. Selanjutnya tidak etis rasanya jika tidak sama-sama mendoakan, semoga segala bentuk pekerjaan yang disertai dengan ketulusan niat membuahkan keridhaan dari Allah yang Maha Rahman.

DAFTAR LITERATUR



A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, pent. Muhammad Labib Ahmad, Cet. 9, Jakarta: al-Husna Zikra, 1997.
Asmuni, M. Yusran, Dirasah Islamiyah II: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran, Cetakan ketiga, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Cetakan Keempat, Singapura: Pustaka Nasional, 2002.
Ilaihi, Wahyu, dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Partanto Pius A., dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Qardhawi, Yusuf, Meluruskan Sejarah Peradaban Islam, pent. Cecep Taufiqurrahman, dari judul asli, Târikhuna al-Muftara ‘Alaih, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Sou’yb, Joesoef, Sejarah Daulah Abbasiyah Jilid III, Jakarta: Bulan Bintang, tt.
http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf
http://blog.ub.ac.id/wahyu/2010/04/07/islam-pada-masa-bani-abbasiyah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah

2 komentar:

  1. boleh dipake buat tugas agama kan? izin yaa :) makasih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang disediakan untuk membantu orang yang memerlukan, semoga menjadi amal jariyah bagi saya... :)

      Hapus

Jangan lupa share ya... :D