Judul : Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan
Pengarang : Dr. H. Asep Muhiddin, M.A
Penerbit : Pustaka Setia
Tahun : 2002
Tebal : 252 halaman
Rafiqi Mahdi*
Pendahuluan
Banyak orang yang kagum serta tertarik dengan Alquran, namun tanpa dapat menjelaskan atas dasar apa kekaguman tersebut. Pesona Alquran pada dasarnya bukan karena faktor dogma teologis yang mengharuskan orang yang beriman untuk mengagungkan kemudian mengimaninya, melainkan ada faktor inheren di dalam Alquran itu sendiri.[1]
Mengutip tulisan Quraish Shihab, pengarang (Asep Muhiddin) mengemukakan pada bagian pendahuluan, bahwa bagi umat Islam Alquran diyakini sebagai mukjizat terbesar di sepanjang zaman, dan Alquran juga mempunyai banyak keistimewaan baik dari segi keindahan, susunan ayat, munasabah antarayat dan antarsurat, maupun dari segi penggunaan terma dan kandungan maknanya.[2]
Selanjutnya, pengarang mengungkapkan bahwa Alquran sebagai kalamullah yang menjadi mukjizat terbesar tersebut dapat menjadi petunjuk dan alat berkomunikasi serta dapat menyentuh persoalan dunia nyata, maka kegiatan pemahaman akan ayat-ayat Alquran menjadi penting dan harus lebih terbuka dan mencakup semua persoalan yang diinformasikan oleh Alquran, sehingga manusia yang mendapat karunia akal dan pikiran dituntut untuk berusaha mencurahkan segala potensi untuk menggali dan memahami Alquran.
Kemudian, pengarang kembali memberikan penjelasan bahwa sejalan dengan minat dan semangat untuk mengungkap dan memahami isi kandungan Alquran, pengarang mencoba untuk menelaah persoalan yang berkaitan dengan terma-terma dakwah dengan menggunakan metode tafsir maudhu’i (tematik) dengan didukung pendapat dan teori-teori para ahli yang relevan serta disesuaikan dengan fokus dan arah telaah sisi pandangan dan kajian kedakwahan.
Buku karya Asep Muhiddin (selanjutnya disebut pengarang) ini merupakan hasil disertasi beliau yang pada bagian tertentu mengalami penambahan dan ada pula yang dibuang, hal ini oleh pengarang diharapkan dapat dibaca oleh masyarakat umum, terutama bagi para peminat dakwah, dan menurut penulis sangat bagus untuk literatur bacaan bagi mahasiswa dakwah tentunya, karena penulis sendiri merupakan seorang mahasiswa jurusan dakwah.
Pada bagian pendahuluan, pengarang menguraikan urgensi Alquran bagi manusia dan keharusan untuk memahami dan mendalami makna isi kandungan Alquran, sehingga menimbulkan pertanyaan yang menjadi persoalan inti bagi pengarang yaitu bagaimana perspektif[3] dakwah dalam Alquran? Apakah dari persoalan berdasarkan teks dan konteks Alquran? Dan secara tegas pengarang berusaha mencari jawaban tentang pandangan relasional yang utuh tentang dakwah dalam Alquran.
Kemudian secara terperinci, oleh pengarang bertujuan menghadirkan buku dakwah dalam perspektif Alquran pada halaman 19 disebutkan adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pengertian dan konsep dari terma-terma dakwah yang dikenalkan Alquran;
2. Misi utama dakwah dalam Alquran yang mencakup: cara pandang Alquran tentang manusia, alam dan Tuhan; paduan moral normatif Alquran; serta tujuan dakwah Alquran;
3. Prinsip-prinsip dakwah qur’ani yang mencakup: hakikat pesan dakwah qur’ani, karakteristik, serta metode dakwah Alquran.
Dakwah dalam Perspektif Alquran
Pada bagian pertama atau “bab I”, pengarang memberikan gambaran umum dengan mengutarakan dasar Alquran dan pandangan para ahli dan merumuskan masalah yang akan dideskripsikan seperti tertera di atas. Menurut penulis, pada bagian ini penulis mempertanyakan kenapa tidak ada pembahasan tentang dasar hukum dakwah menurut Alquran, karena menurut beberapa literatur tentang ilmu dakwah yang pernah dianalisa penulis, hukum dakwah masih belum sepenuhnya terjawab karena para ahli masih berselisih paham dalam permasalahan antara kewajiban dakwah apakah kewajiban kolektif atau individu, sehingga menurut penulis buku ini akan lebih menarik apabila mengemukakan penjelasan tentang benang merah permasalahan tentang hukum dakwah menurut Alquran, sesuai dengan judul buku ini yaitu dakwah dalam perspektif Alquran.
Sebagai pedoman, penulis mendasarkan pendapat dengan Sumadi Suryabrata dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian”, yang mengemukakan bahwa masalah atau permasalahan ada jika kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein; ada perbedaan pendapat antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan sejenisnya, sehingga penelitian diharapkan dapat memcahkan permasalahan tersebut, dengan kata lain dapat menutup atau setidaknya memperkecil kesenjangan atau permasalahan tersebut.[4] Sehingga menurut penulis sangat perlu untuk pengarang setidaknya menambah pembahasan di dalam bukunya penjelasan tentang dasar hukum dakwah menurut Alquran sesuai dengan judul bukunya yang memfokuskan kepada studi kritis atas visi, misi dan wawasan.
Pada bagian kedua, pengarang mengemukakan pembahasan tentang posisi, filosofi, serta terma-terma dakwah dalam Alquran. Pada bagian ini, sebenarnya secara global pengarang telah mengungkap perspektif Alquran terhadap dakwah, tetapi mengingat buku ini merupakan studi kritis visi, misi, dan wawasan, menjadikan bagian ini membutuhkan tambahan pembahasan berupa bentuk feed back (efek atau umpan balik) terkait dengan wawasan, sehingga pembaca setidaknya perlu memahami bagian ini agar kemudian dapat lebih memahami bagian-bagian yang berikutnya.
Dalam bagian ini serta bagian yang lainnya, penulis hanya sedikit menyayangkan dalam hal pola bahasa yang digunakan pengarang terlalu akademis, sehingga menurut penulis buku ini kurang cocok untuk bacaan masyarakat umum, melainkan hanya untuk civitas akademik, mengingat di dalam buku ini banyak mempergunakan istilah ilmiah serta istilah asing yang tidak diberikan penjelasan lebih lanjut dari pengarang terhadap istilah tersebut. Penulis mewajarkan karena mengingat buku ini merupakan bentuk disertasi pengarang yang tentunya bukan hal yang mengherankan apabila banyak ditemukan istilah-istilah tersebut yang sebagian penulis sendiri kurang memahami maksudnya.
Bagian ketiga atau “bab III”, pengarang menjelaskan tentang visi dan misi utama dakwah dalam Alquran, pengarang dalam bagian ini membahas cara pandang Alquran tentang manusia, alam, dan Tuhan; paduan moral normatif Alquran; khitab utama (sasaran) dakwah Alquran; dan tujuan dakwah qur’ani. Salah satu tujuan dakwah secara esensi adalah sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap permasalahan hidup yang mencakup segala aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya, hukum dan sebagainya, dan dakwah harus dapat dikemas dengan cara yang tepat agar dapat tampil aktual, faktual, dan kontekstual.[5]
Pada bagian ini, pengarang menjelaskan dengan panjang lebar bagaimana visi dan misi dakwah di dalam Alquran, ditambah dengan pendapat beberapa para ahli berkaitan dengan fokus pembahasan, sehingga menurut penulis penjelasan yang dipaparkan oleh pengarang cukup komprehensif. Akan tetapi, pada bagian akhir dari “bab III”, pada halaman 148, penulis menemukan sedikit kejanggalan pada salah satu paragraf yang disusun pengarang, yaitu: “Dengan mengacu cara pandang Alquran tentang manusia, alam, dan Tuhan, panduan moral normative qur’ani, dan tujuan dakwah qur’ani, dalam bab tiga akan dibahas tentang visi dan misi utama dakwah qur’ani.” Padahal paragraf tersebut berada pada bagian akhir bab tiga, dan pembahasan yang disebutkan juga telah dibahas pada bab tersebut, sehingga menurut penulis paragraf ini seharusnya dihapus atau ditiadakan, karena maksud dari paragraf tersebut adalah akan membahas lagi pada bab tiga, sementara keberadaan paragraf tersebut adalah di bagian akhir bab tiga.
Selanjutnya pada bagian keempat, pengarang membahas hakikat, karakteristik, metode, dan implikasi dalam Alquran, yang merupakan hasil perumusan masalah dalam pembahasan pada bab tiga. Pada pembahasan hakikat pesan dakwah qur’ani, pengarang menjelaskan secara singkat pada halaman 149 ada empat, yaitu: pesan dakwah adalah al-Islam dan syariah; terma Islam yang banyak disebutkan di dalam Alquran; Alquran itu sendiri; karakteristik isi pesan yang disampaikan di dalam Alquran. Senada dengan hal tersebut, Wahyu Ilaihi juga menyampaikan bahwa pesan dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, karena semua ajaran Islam dapat dijadikan isi pesan dakwah.[6]
Menurut penulis, penjelasan hakikat pesan dakwah yang dipaparkan oleh pengarang sangat panjang dan melelahkan, meskipun memang pada dasarnya maksimal, tetapi menurut penulis penjelasan pengarang berada di sekitar penjelasan isi pesan dakwah yang disampaikan oleh Wahyu Ilaihi yang singkat dan tegas tetapi dapat dipahami secara mendalam. Kemudian dijelaskan oleh Najamuddin lebih tegasnya bahwa materi pokok dakwah adalah Alquran dan Hadis.[7] Pada subbab yang lainnya banyak sekali penulis menemukan penjelasan yang panjang tetapi dituliskan oleh pengarang sebagai penjelasan singkat, sehingga penulis tidak dapat mengetahui ukuran panjang dan singkat menurut pengarang.
Bagian kelima merupakan bagian akhir dari buku ini, pada bagian ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari pengarang untuk para pembaca buku ini. Penulis memberikan apresiasi sebagai ungkapan kagum kepada pengarang yang telah menyusun sebuah karya dalam bentuk buku yang memberikan pemahaman yang cukup komprehensif serta referentatif untuk ukuran penulis.
Penutup
Melihat daftar pustaka yang berjumlah ratusan buku referensi dan dimuat sebanyak delapan halaman, yang sebagian besar merupakan literatur berbahasa asing dan sebagian berbahasa Indonesia dan bentuk terjemahan, sehingga bagi penulis hal tersebut menunjukkan kualitas buku dan pengarangnya. Karena buku mengemukakan pendapat para ahli era klasik dan kontemporer, ditambah dengan bagan-bagan yang dimaksudkan oleh pengarang untuk mempermudah pemahaman dalam membaca buku ini, sehingga menurut penulis buku ini sangat menarik untuk dibaca dan dipelajari isinya. Kemudian buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk sebuah penelitian terhadap permasalahan-permasalahan dakwah, karena sangat sarat dengan inspirasi mengenai dakwah. Selamat membaca dan menikmati!
Daftar Referensi
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Alquran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika Alquran: Makna di Balik Kisah Ibrahim, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2009.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Zainab, Siti, Harmonisasi Dakwah dan Komunikasi, Banjarmasin: Antasari Press, 2009.
*Penulis merupakan seorang mahasiswa program khusus Penguatan Kajian Keislaman yang bernaung di bawah jurusan Dakwah program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya pada jenjang strata 1 (S1).
[1]Syihabuddin Qalyubi, Stilistika Alquran: Makna di Balik Kisah Ibrahim, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2009, h. ix.
[2]Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 9.
[3]Dalam Kamus Ilmiah Populer, perspektif diartikan: pengharapan; peninjauan; tinjauan; pandangan luas. Lihat Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, h. 592.
[4]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2010, h. 12-13. Lihat juga Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 27.
[5]Siti Zainab, Harmonisasi Dakwah dan Komunikasi, Banjarmasin: Antasari Press, 2009, h. 31.
[6]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, h. 101.
[7]Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Alquran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, h. 24.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa share ya... :D