BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang
eksploratif dan potensial, sehingga dalam perkembangannya manusia mempunyai
kebutuhan pokok yang mendukung stabilitas setiap aspek kehidupan. Salah satu
potensi manusia yang telah ada semenjak lahir dalam keterkaitannya sebagai
makhluk yang membutuhkan keteraturan agar memperoleh kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup adalah agama,[1] karena memang fitrah manusia membutuhkan agama
semenjak lahir seperti tercantum di dalam Alquran.[2] Secara global agama dimaksudkan sebagai sistem
kepercayaan, ibadah, perilaku, dan lain-lain yang di dalamnya terkandung aturan
(kode etik) dan filosofi.[3]
Agama adalah faktor penting dan memegang
peranan utama dalam stabilitas kehidupan manusia, karena keteraturan dan
keseimbangan kehidupan tidak dapat dipenuhi tanpa adanya sistem kepercayaan
yang merujuk kepada keteraturan mutlak. Banyak jenis agama yang terdapat di
seluruh penjuru dunia, karena sistem kepercayaan tidak dapat terlepas dari
faktor antropologis, sosiologis, dan psikologis manusia, sehingga agama tidak
dapat dipisahkan dengan ketiga faktor tersebut, dan ketiga faktor tersebut
didukung oleh peranan agama
sebagai penjaga stabilitas dan perkembangan ketiga hal tersebut.
Islam merupakan salah satu jenis agama
dari aneka ragam jenis agama yang diakui dan dapat ditemukan di seluruh penjuru
dunia, dan agama Islam termasuk dalam kategori agama yang memiliki pengikut
berjumlah besar dan tersebar di seluruh wilayah permukaan bumi. Islam adalah
agama yang mempersatukan perbedaan manusia dan mempersamakan strata sosial atau
klasifikasi sosial di dalam sebagian ajarannya, sehingga dapat diterima dengan
mudah oleh masyarakat umum.
Negara Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki jumlah penganut agama Islam terbanyak dari mayoritas
penduduknya, sehingga Islam di negara Indonesia dapat menjadi icon yang
menunjukkan identitas masyarakat yang berdomisili di Indonesia, selain dari
penganut agama lain yang juga dapat ditemui jika dipandang dari segi kuantitas.
Akan tetapi yang menjadi fenomena dalam kurun
waktu terakhir menyatakan bahwa sudut pandang dunia saat ini terhadap agama
Islam adalah agama yang dominan akrab dengan konotasi negatif, karena
mayoritas pelaku tindak kriminalitas maupun pelaku dekadensi moral adalah
penganut agama Islam, sehingga sekarang citra Islam adalah agama dengan lambang
tindak kejahatan dan pelaku kekerasan, seakan terlepas dari fungsi agama yang
menjadi pengatur stabilitas dalam setiap aspek kehidupan.
Fakta ironis dari paradigma agama Islam
tersebut menjadi akar pemikiran untuk mencetuskan ide dengan pembentukan karya
berupa makalah sederhana ini, dengan tujuan memberi setitik pencerahan agar
mampu menarik benang merah dari doktrin sekelompok orang terhadap agama Islam.
Selain dari hal tersebut, makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Metodologi Studi Islam, dengan korelasi permasalahan yang akan
disajikan dan materi yang ditawarkan oleh dosen pembina, maka makalah ini
disempurnakan dengan mengangkat
judul: “PENGANTAR STUDI AGAMA DAN KAJIAN ISLAM”.
Sebagai pegangan dalam penulisan makalah
ini adalah beberapa literatur yang dapat dicapai dan dengan standar kemampuan
yang dimiliki, sehingga makalah ini tentu akan mempunyai banyak perbaikan dan
tentu memerlukan kritik dan saran sebagai bahan formalitas pengkajian akademis,
dan dengan harapan dapat menjadikan eksistensi yang lebih mapan di hari
kemudian bagi segenap pejuang ilmu pengetahuan yang selalu bersemangat
mendalami dan memahami agama melalui ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berlandaskan permasalahan yang akan
dibahas, makalah ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Mengapa diperlukan
pemahaman tentang agama?
2.
Mengapa diperlukan
kajian Islam?
C. Tujuan Penulisan
Menyesuaikan dengan perumusan masalah
yang telah tertera, makalah ini bertujuan untuk menganalisa dan menjawab:
1.
Perlunya
pemahaman tentang agama.
2. Perlunya
kajian Islam.
[1]Armansyah, Studi Kritis Pemahaman Islam, e-book download version,
http://www.geocities.com/arman_syah/, dalam tema, Agama Adalah Fitrah, http://www.pakdenono.com
[2]QS. 7: 172, Lihat Musthafa Kamal Pasha, Aqidah Islam, Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003, h. 14.
[3]Muhammad A. al-Buraey, Islam:
Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, pent. Achmad Nashir Budiman,
dari judul asli, Administrative
Development: an Islamic Perspective, Jakarta: Rajawali, 1986, h. 48.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Studi
Agama
1.
Definisi
Agama
Agama dalam bahasa Latin disebut dengan
“Religios”, “Religion” (bahasa Inggris, Jerman, Perancis), “Religie”
(bahasa Belanda),[1] yang keseluruhannya secara
garis besar mempunyai arti mengikat atau menambatkan karena terkait bahwa agama
adalah ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari dua kata yaitu “a” dan “gama”,
“a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, sehingga secara
etimologi agama berarti tidak kacau atau teratur.[2] Agama menurut kaidah bahasa indoneseia di dalam kamus
lengkap Bahasa Indonesia berarti ajaran kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan
syariat tertentu.[3]
Di dalam
istilah Arab agama disebut “al-Dîn”, yang menurut Abul A’la al-Maududi
mengandung beberapa arti sebagai berikut:[4]
1. Kekuatan,
kekuasaan, hukum, dan perintah, tunduk, serta patuh mengabdi kepada suatu
kekuasaan yang kuat;
2. Taat, menghamba,
menolong, bekerja untuk orang lain tanpa pamrih dan mengharapkan balasan,
melaksanakan perintah, dan tunduk di bawah suatu kekuasaan;
3. Syari’at,
peraturan, jalan, mażhab, agama, mengikuti, dan kebiasaan;
4. Balasan, upah
dan perhitungan, penyesuaian.
Adapun definisi agama secara spesifik
tidak ditemukan karena banyaknya definisi-definisi agama yang menyesuaikan
dengan bagaimana memaknai agama tersebut, akan tetapi Harun Nasution merangkumkan
definisi-definisi agama dari berbagai pendapat dan disimpulkan ke dalam
beberapa definisi yaitu sebagai berikut:[5]
1.
Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.
Percaya terhadap
adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3.
Mengikatkan diri
pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada
di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.
Kepercayaan pada
suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.
Suatu sistem
tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
6.
Pengakuan
terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan
gaib.
7.
Pemujaan terhadap
kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap
kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.
Ajaran-ajaran
yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Nurcholish Madjid menuturkan bahwa semua
agama secara umum menyatakan titik pusat perhatian utama terhadap hidup manusia
adalah bagian hidup kerohaniannya atau sisi lain dari kehidupan manusia,
kehidupan kerohanian merupakan kawasan atau wilayah yang tidak hanya sekedar fakta
yang dapat diketahui rinciannya melalui berita yang berasal dari Tuhan dan disampaikan
atau diwahyukan kepada seorang penerima wahyu dan yang membenarkan berita itu
untuk disampaikan.[6]
Agama merupakan keadaan hati, kesadaran,
perasaan dalam batin terhadap yang gaib dan jangkauan intuisi yang tidak
tampak, akan tetapi ketidaktampakkannya itu dapat dilihat dengan nyata bahwa ada
kekuatan di balik alam materi yang kekuatan tersebut mengendalikan dan mengatur
segala sesuatu, perasaan tersebut menimbulkan perasaan takut, taqwa, dan
mendorong dirinya melakukan hal-hal yang bermakna dan meningkatkan mutu
hidupnya di setiap waktu agar dapat mempersiapkan diri untuk hari kemudian.[7]
Agama dapat disimpulkan sebagai sumber
sistem nilai dan merupakan petunjuk, pedoman, dan pendorong atau motivasi bagi
manusia untuk memecahkan segala bentuk permasalahan dalam setiap aspek
kehidupan, dalam kata lain agama menjadi solusi dalam setiap permasalahan
manusia sehingga agama dapat terbentuk ke dalam setiap pola hidup, tujuan
hidup, dan perilaku atau tingkah laku manusia yang dilakukan manusia karena
menginginkan serta mengharapkan keridhaan dari Tuhan yang diyakini dapat
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diharapkan.[8]
Masalah keberadaan yang terus berganti
dan pengalaman yang terus berlalu serta perasaan yang terus hadir berupa rasa
tanggung jawab, kearifan, keindahan, keteraturan, dan kesungguhan dalam segala
hal adalah merupakan hakekat agama, sedangkan ibadah dan amal ketaatan selain
itu adalah refleksi dalam mengaplikasikan perasaan dan pengalaman tersebut.[9] Di
dalam agama manusia menemukan kebahagiaan hakiki dan kebahagiaan yang kekal,
karena hanya di dalam agama manusia menemukan kebenaran yang terjamin, maka
sudah seharusnya manusia membutuhkan agama.[10]
Ditambahkan oleh Muhammad Iqbal dengan
penjelasan bahwa manusia sisi batin atau bagian rohani manusia yang pada
dasarnya membutuhkan tiga hal pokok dan yang paling mendasar di dalam
kehidupannya, yaitu: 1) interpretasi spiritual tentang alam semesta; 2)
kemerdekaan spritual; 3) prinsip pokok yang memiliki makna universal yang
mengarahkan manusia dengan berbasiskan rohani.[11]
Jalaluddin Rakhmat menguraikan bahwa perasaan
keagamaan (religious feeling) dapat bergerak ke dalam empat tingkat
karena keterlibatan emosional dan sentimentil pada pelaksanaan ajaran agama,
yaitu: konfirmatif (merasakan kehadiran Tuhan atau apa saja yang diamatinya),
responsif (merasa bahwa Tuhan menjawab kehendak dan keluhannya), eskatik
(merasakan hubungan yang akrab penuh cinta dengan Tuhan), dan partisipatif
(merasa menjadi kawan setia, kekasih, atau wali Tuhan dengan menyertai Tuhan
dalam melakukan karya ilahiah).[12]
Dari beberapa uraian di atas, dapat
dipahami bahwa manusia membutuhkan agama untuk keteraturan mutlak dan baku,
serta merupakan naluri manusia sejak lahir dengan memiliki potensi untuk
beragama karena kebutuhannya terhadap adanya aturan yang diyakini menjadikan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia tersebut. Manusia yang beragama
mengimplementasikan atau menjadikan agama sebagai pedoman di dalam setiap pola
hidup, tujuan hidup serta perilaku dan tingkah lakunya. Keberhasilan dalam
peletakan proporsional peran dan fungsi agama akan membuat kemajuan agama atau
bangsa karena agama merupakan elemen terpenting dalam keberadaan masyarakat.[13]
2. Komponen dan
Karakteristik Agama
Dari definisi-definisi yang telah
diuraikan sebelumnya di atas, maka dapat diketahui bahwa komponen penting yang
terdapat dalam sebuah agama adalah:[14]
a.
Kekuatan gaib;
manusia merasa dirinya lemah dan memerlukan kekuatan gaib sebagai tempat
meminta pertolongan. Oleh karenanya, manusia merasa harus dapat mengadakan
hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik dengan kekuatan gaib
ini dapat terwujud dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib
tersebut.
b.
Keyakinan
manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan hidupnya di akhirat tergantung pada
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib. Dengan hilangnya atau rusaknya hubungan
baik antara manusia dengan kekuatan gaib, kesejahteraan dan kebahagiaan yang
dicari dan dibutuhkan atau yang merupakan cita-cita dari manusia akan hilang.
c.
Respons yang
bersifat emosionil dari manusia. Respons tersebut dapat berupa perasaan takut,
atau berupa perasaan cinta, selanjutnya respons tersebut dapat berupa
penyembahan atau pemujaan yang merupakan bentuk dari rasa tunduk kepada
kekuatan gaib yang diyakini oleh manusia. Lebih lanjut respons tersebut berupa
cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
d.
Paham adanya
yang kudus (sacred) dan suci yang berupa kekuatan gaib, dalam bentuk
kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.
Dari pendapat tersebut dapat dipahami
bahwa agama merupakan aturan yang terbentuk dari sistem kepercayaan manusia
kepada kekuatan gaib yang menimbulkan kepatuhan atau perasaan pasrah kepada
kekuatan gaib tersebut. Dengan keyakinan terhadap kekuatan gaib tersebut,
manusia mempercayai bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan akan diperoleh di dunia
maupun di kehidupan selanjutnya.
Abuddin Nata memberikan penjelasan bahwa
terdapat 5 aspek yang terkandung di dalam agama, yaitu sebagai berikut:[15]
a.
Aspek asal-usul;
ada agama yang berasal dari Tuhan atau disebut agama samawi, atau agama
yang berasal dari hasil pemikiran atau renungan manusia seperti agama ardhi
atau agama kebudayaan.
b.
Aspek tujuan;
yaitu untuk memberikan tuntunan hidup manusia, baik kebahagiaan dunia maupun
akhirat.
c.
Aspek ruang
lingkup; yaitu keyakinan kepada keberadaan kekuatan gaib serta kepercayaan
bahwa kebahagiaan hidup tergantung kepada hubungan baik dengan kekuatan gaib,
respon yang bersifat emosional, dan adanya yang dianggap suci.
d.
Aspek
pemasyarakatan; disampaikan secara berkelanjutan, serta diwariskan kepada
generasi berikutnya.
e.
Aspek sumber;
berupa kitab suci.
Menurut Mukti Ali, di dalam
mengidentifikasi agama terdapat 5 aspek, yaitu sebagai berikut:[16]
a.
Aspek ketuhanan.
b.
Aspek kenabian.
c.
Aspek kitab
suci.
d.
Aspek keadaan
pada saat munculnya nabi dan orang-orang yang didakwahinya serta individu
terpilih yang dihasilkan oleh agama tersebut.
Komarudin
Hidayat memberikan penjelasan bahwa terdapat 5 tipologi keberagamaan di
antaranya, sebagai berikut:[17]
a. Eksklusivisme,
yaitu pandangan bahwa ajaran yang paling benar adalah agama yang dianut,
sedangkan agama lain adalah sesat, sehingga wajib dikikis, dan pemeluknya atau
agamanya dikutuk dalam pandangan Tuhan.
b. Inklusivisme,
yaitu pandangan bahwa di luar agama yang dianut terdapat kebenaran, meskipun
tidak seutuh dan sesempurna agama yang dianut.
c. Pluralisme,
yaitu pandangan bahwa secara teologis atau pandangan aqidah, pluralitas agama
dipandang sebagai suatu realitas sehingga masing-masing berdiri sejajar,
sehingga semangat dakwah atau misionaris tidak sesuai.
d. Ekletivisme,
yaitu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi
ajaran agama yang dipandang baik dan cocok.
e. Universalisme,
yaitu anggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama, hanya
karena faktor historis-antropologis, agama kemudian tampil dalam format plural.
B.
Kajian
Islam
1. Definisi Islam
Menurut
hukum syara’, Islam adalah rukun Islam seperti yang disabdakan oleh nabi
Muhammad SAW, yaitu mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan
melaksanakan ibadah haji bila mampu.[18] Sedangkan dari istilah makna Islam
adalah patuh dan berserah diri kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan, Islam juga diistilahkan dengan peraturan hidup yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia.[19]
Dari segi etimologi
Islam mempunyai arti sebagai berikut:[20]
1. Dari kata “aslama”,
artinya menyerah, maksudnya menyerah kepada kehendak Allah secara mutlak,
dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangannya.
2. Dari kata “silmun”,
artinya damai, maksudnya damai dengan Allah dan damai dengan makhluk terutama
dengan sesama manusia.
3. Dari kata “salima”,
artinya selamat, maksudnya selamat di dunia dan di akhirat, karena Islam adalah
jalan untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat.
Makna Islam
adalah menyerah kepada Allah dan mentauhidkan atau menganggap bahwa Tuhan
adalah satu serta tunduk atau patuh kepada-Nya dengan taat dan membebaskan diri
dari kemusyrikan atau menyekutukan-Nya.[21] Islam adalah agama tauhid (monotheisme)
atau percaya kepada satu Tuhan, dan dengan pemahaman ini agama Islam merupakan
agama yang mencakup dari semua agama samawi (agama wahyu), karena di
dalam sumber pokok ajaran agama Islam yaitu kitab suci Alquran yang berisi
firman Tuhan, telah tertulis bahwa ketauhidan atau ke-Esaan adalah dasar pokok atau
substansi dari semua agama samawi.[22]
Dapat
dipahami jika agama Islam mempunyai pengertian menyerahkan diri kepada Tuhan
yang Maha Kuasa, dan dalam prakteknya Islam merupakan agama yang monotheisme
atau percaya kepada Tuhan yang Esa, seperti yang tertulis dan terkodifikasi di
dalam Alquran, dan umat Islam mempunyai keyakinan bahwa tempat berserah diri
hanya kepada Allah, serta yang mampu menyelamatkan di dunia dan di akhirat
nantinya hanya dengan memegang teguh ajaran Islam dan menjalankan setiap aturan
yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Islam adalah penerimaan dari suatu pandangan atau
suatu keadaan yang awalnya ditolak atau tidak diterima, di dalam Alquran Islam diartikan
kerelaan dari seseorang untuk menjalankan perintah Tuhan dan mengikutinya, sedangkan muslim adalah keadaan
daripada Islam,
hal ini berkaitan dengan orang yang
bersedia atau rela untuk
menjalankan
segala perintah
dari Tuhan dan bersedia untuk mengikutinya tanpa ada paksaan dan mengharap balasan.[23]
Agama Islam
mengakui kebebasan setiap orang untuk memilih keyakinan agamanya, Islam
melarang untuk melakukan pemaksaan terhadap agama, baik secara terbuka atau
tersembunyi, karena kebebasan untuk memilih agama adalah salah satu hak asasi
manusia yang dilindungi oleh konstitusi di seluruh negara maju.[24] Di dalam agama Islam, pemahaman
terhadap pengetahuan bagi agama Islam adalah menempati posisi atau kedudukan
utama atau dijadikan sebagai prioritas, sehingga dalam ajaran agama Islam ilmu
pengetahuan sangat berkaitan dengan kehidupan beragama.[25]
Endang
Saifuddin Anshari menyatakan bahwa definisi agama Islam adalah sebagai berikut:[26]
1. Wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap
manusia sepanjang masa;
2. Suatu sistematika
aqidah (kepercayaan atau keyakinan) dan tata aqidah yang mengatur segala aspek kehidupan
manusia dan untuk penghidupan manusia di dalam berbagai hubungan, baik hubungan
antara manusia dengan Tuhan atau hubungan manusia dengan makhluk-makhluk Tuhan
yang lainnya;
3. Bertujuan untuk
mendapatkan keridhaan Allah, rahmat bagi seluruh alam, dan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat;
4. Terdiri atas
aqidah dan syari’ah (yang meliputi ibadah dalam arti khusus, dan mu’amalah
dalam arti umum);
5. Bersumberkan
kitab suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah dalam bentuk Alquran yang diturunkan untuk
seluruh umat manusia.
Secara
antropologis, kata Islam telah menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk
yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, keadaan ini memunculkan pemahaman terhadap
orang yang tidak patuh adalah bentuk dari penolakan terhadap fitrah manusia,
Muhammad Ali menyatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian.[27]
Ahmad Khan
menyatakan bahwa ukuran untuk menilai kebenaran agama adalah apakah agama
sesuai dengan fitrah manusia (natural dispotition of man) atau dengan
alam (nature), jika sesuai maka agama tersebut adalah benar, dan adanya
kesesuaian tersebut merupakan tanda bahwa agama tersebut benar berasal dari
Tuhan, dan untuk menguji kebenaran Islam apakah sesuai dengan hakikat manusia,
maka Ahmad Khan meyakini bahwa agama Islam sesuai dengan hakikat manusia karena
Islam merupakan agama yang ditetapkan oleh Allah melalui rasul-Nya, dan bukan
agama yang dibentuk oleh para penyiarnya.[28]
Keyakinan
terhadap Tuhan yang Maha Esa antara Islam dan ajaran agama lain secara prinsip
berbeda, karena di dalam Islam mengajarkan bahwa Tuhan Esa dalam perbuatan,
sifat, dan żat-Nya, sedangkan ajaran agama lain menyatakan bahwa Tuhan baik
secara terselubung maupun secara nampak mempercayai Tuhan lebih dari satu dan
berbilang, dan mereka sama-sama pada hakikatnya adalah bertuhan lebih dari
satu.[29]
Islam
adalah satu keyakinan berdasarkan kedamaian dan kepasrahan hanya kepada Allah,
sesuai dengan ajaran para nabi-Nya, dan yang sangat penting bagi agama Islam
adalah ajaran tauhid atau mengesakan Allah, keyakinan serta kepercayaan yang
mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu
yang ada, dan tujuan dari cara hidup agama Islam adalah menjalani kehidupan
sesuai dengan keyakinan tersebut agar dapat memperoleh kebahagiaan serta
kesejahteraan di dunia atau di akhirat.[30]
Dari
berbagai pendapat yang telah diuraikan, maka kesimpulan dari definisi Islam
adalah berserah diri untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT dalam menjalankan
segala bentuk perintah dan mengaplikasikan setiap ajaran Islam, hal ini karena
agama Islam sesuai dengan fitrah manusia yang membutuhkan agama sebagai
pegangan hidup, dan merupakan fitrah manusia semenjak dilahirkan, dan sebagai
peran sekunder dalam mendukung implementasi agama di dalam kehidupan adalah
membutuhkan pemahaman melalui pengetahuan, sehingga di dalam Islam mengajarkan
untuk memprioritaskan ilmu pengetahuan untuk beragama agar memahami kebenaran
yang hakiki.
[1]Abu Ahmadi dan
Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet. 2, Jakarta: Bumi
Aksara, 1994, h. 3.
[2]M. Yusran
Asmuni, Pengantar Studi Alquran, al-Hadits, Fiqh, dan Pranata Sosial
(Dirasah Islamiyah I), Cet. 2, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001, h. 1-2.
[3]R. Suyoto Bakir
dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Tanggerang: Karisma
Publishing Group, 2009, h. 16.
[4]Abul A’la al-Maududi, Ketuhanan, Ibadah dan Agama,
pent. Moh. Thalib, dari judul asli, al-Muşţalahât al-Arba’at fi
al-Qur’ân, Surabaya: Bina Ilmu, 1983, h. 98-101.
[5]Harun Nasution, Islam
Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Cet. 5, Jakarta: UI Press, 1985, h. 10.
[6]Yayasan Festival
Istiqlal, Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan Bangsa,
Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1996, h. 46.
[7]Musthafa Mahmud,
Islam Sebuah Kajian Filosofis, pent. Mustolah Maufur, dari judul asli, al-Islâm
Ma Huwa?, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997, h. 1-2.
[8]Abu Ahmadi dan
Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan..., h. 4.
[9]Musthafa Mahmud,
Islam Sebuah Kajian..., h. 2.
[10]Supan
Kusumamihardja, Studia Islamica, Cetakan kedua dengan perbaikan,
Jakarta: Girimukti Pasaka, 1985, h. 139.
[11]Murtadha
Muthahhari, Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, pent. Ilyas Hasan, Cet.
3, Jakarta: Lentera Basritama, 2002, h. 14.
[12]Ali Abdul Halim,
dkk., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antardisiplin Ilmu, Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia, 2001, h. 89.
[13]Muhammad A.S.
Hikam, Islam, Demokrasi, dan Pemberdayaan Civil Society, Jakarta:
Erlangga, 2000, h. 2.
[14]Harun Nasution, Islam
Ditinjau..., h. 11.
[15]Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 15-16.
[17]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi
Islam, Cetakan kesebelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 6-7.
[18]Sofyan Efendi, Hadis Web: Kumpulan dan Referensi
Belajar Hadis, ebook version, http://opi.110mb.com/.
[19]http://www.scribd.com/doc/4093922/PENGERTIAN-ISLAM-IMAN-DAN-IHSAN-KONSEP-iSLAM-SEBAGAI-CARA-HIDUP.
Online: 21 September 2010.
[20]Humaidi Tatapangarsa (Ed.), dkk., Pendidikan Agama
Islam, Malang: Universitas Negeri Malang, 2002, h. 11-14.
[21]Hafizh Hakami, 200 Tanya Jawab Akidah Islam,
pent. As’ad Yasin, dari judul asli, 200 Sual wa Jawab fi al-Aqîdah
al-Islamiyyah, Cetakan Kedua, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 19.
[22]Muhammad Abu Zahrah, Aqidah Islamiyah, pent.
Imam Sayuti Farid, dari judul asli, al-Aqîdah al-Islamiyyah, Surabaya:
Al-Ikhlas, 1980, h. 39.
[23]http://media.isnet.org/islam/Dialog/DefIslam1.html. Online:
21 September 2010.
[24]Yunan Nasution, Islam dan Problema-Problema
Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988, h. 22.
[25]Erni Budiawati, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu
Lima, Jogjakarta: LKiS, 2000, h. 33.
[26]Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam:
Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan Umatnya, Jakarta: Rajawali, 1986, h.
21-22.
[27]Abuddin Nata, Metodologi...,
h. 63-64.
[28]John J. Donohue dan John L. Esposito (Peny.), Islam
dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari
judul asli, Islam in Transition: Muslim Perspectives, Cetakan keempat,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 63.
[29]Supan
Kusumamihardja, Studia Islamica…, h. 139.
[30]Christine Huda Dodge, Memahami Segalanya tentang
Islam, pent. Moh. Anwar, dari judul asli, Everything Understanding Islam
Book, Batam: Karisma Publishing Group, 2004, h. 9.
DAFTAR REFERENSI
Ahmadi,
Abu, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet. 2,
Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Anshari,
Endang Saifuddin, Wawasan Islam: Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan
Umatnya, Jakarta: Rajawali, 1986.
Anshari,
Endang Saifuddin, Wawasan Islam: Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan
Umatnya, Jakarta: Rajawali, 1986.
Armansyah,
Studi Kritis Pemahaman Islam, e-book download version,
http://www.geocities.com/arman_syah/, dalam tema, Agama Adalah Fitrah,
http://www.pakdenono.com
Asmuni,
M. Yusran, Pengantar Studi Alquran, al-Hadits, Fiqh, dan Pranata Sosial
(Dirasah Islamiyah I), Cet. 2, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001.
Bakir,
R. Suyoto, dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Tanggerang: Karisma Publishing Group, 2009, h. 16.
Budiawati,
Erni, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima, Jogjakarta: LKiS, 2000.
Buraey,
Muhammad A., Islam: Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, pent.
Achmad Nashir Budiman, dari judul asli, Administrative Development: an
Islamic Perspective, Jakarta: Rajawali, 1986.
Dodge,
Christine Huda, Memahami Segalanya tentang Islam, pent. Moh. Anwar, dari
judul asli, Everything Understanding Islam Book, Batam: Karisma
Publishing Group, 2004.
Donohue,
John J., dan John L. Esposito (Peny.), Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi
Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari judul asli, Islam in
Transition: Muslim Perspectives, Cetakan keempat, Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Efendi,
Sofyan, Hadis Web: Kumpulan dan Referensi Belajar Hadis, ebook version,
http://opi.110mb.com/.
Hakami,
Hafizh, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, pent. As’ad Yasin, dari judul
asli, 200 Sual wa Jawab fi al-Aqîdah al-Islamiyyah, Cetakan Kedua,
Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Hakim,
Atang Abd., dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cetakan kesebelas,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Halim,
Ali Abdul, dkk., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antardisiplin
Ilmu, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2001.
Hikam,
Muhammad A.S., Islam, Demokrasi, dan Pemberdayaan Civil Society,
Jakarta: Erlangga, 2000.
Kusumamihardja,
Supan, Studia Islamica, Cetakan kedua dengan perbaikan, Jakarta:
Girimukti Pasaka, 1985.
Mahmud,
Musthafa, Islam Sebuah Kajian Filosofis, pent. Mustolah Maufur, dari
judul asli, al-Islâm Ma Huwa?, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997.
Maududi,
Abul A’la, Ketuhanan, Ibadah dan Agama, pent. Moh. Thalib, dari judul
asli, al-Muşţalahât al-Arba’at fi al-Qur’ân, Surabaya: Bina Ilmu,
1983.
Muthahhari,
Murtadha, Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, pent. Ilyas Hasan, Cet. 3,
Jakarta: Lentera Basritama, 2002.
Nasution,
Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Cet. 5, Jakarta: UI Press,
1985.
Nasution,
Yunan, Islam dan Problema-Problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1988.
Nata,
Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.
Pasha,
Musthafa Kamal, Aqidah Islam, Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.
Tatapangarsa
(Ed.), Humaidi, dkk., Pendidikan Agama Islam, Malang: Universitas Negeri
Malang, 2002.
Yayasan
Festival Istiqlal, Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan
Bangsa, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1996.
Zahrah,
Muhammad Abu, Aqidah Islamiyah, pent. Imam Sayuti Farid, dari judul
asli, al-Aqîdah al-Islamiyyah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1980.
http://media.isnet.org/islam/Dialog/DefIslam1.html.
http://www.scribd.com/doc/4093922/PENGERTIAN-ISLAM-IMAN-DAN-IHSAN-KONSEP-iSLAM-SEBAGAI-CARA-HIDUP.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa share ya... :D