Selasa, 04 Desember 2012

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA: IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Teori di dalam ilmu komunikasi dapat dikategorikan multi dimensi karena mencakup segala hal terkait dinamika kehidupan sosial, hal ini didasari dengan keterkaitan komunikasi sebagai alat interaksi bagi umat manusia, sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan keragaman teori tersebut diuraikan berdasarkan keragaman fungsi komunikasi sebagai alat interaksi tersebut yang merupakan suatu kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial.
Para pakar komunikasi melakukan berbagai penelitian terkait komunikasi yang dibangun oleh manusia sebagai alat interaksi dari berbagai aspek dan sudut pandang serta faktor yang berkaitan, termasuk dalam komunikasi antarbudaya terdapat istilah iklim komunikasi, istilah tersebut merupakan bentuk penggambaran mengenai situasi atau suasana psikologis maupun sosial yang mempengaruhi komunikasi. Interaksi antara orang-orang yang memiliki perbedaan budaya memang menimbulkan lebih banyak salah pengertian daripada keselarasan pengertian antara komunikator dengan komunikan.[1]
Dalam makalah sederhana ini mencoba untuk menguraikan pembahasan mengenai hal tersebut, sebagai bentuk pemenuhan terhadap tugas yang diberikan, serta materi yang ditawarkan dengan berlandaskan kepada beberapa literatur yang dapat dicapai, makalah ini disusun dengan judul: “IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA.”
Istilah iklim merupakan kiasan (metafora) yang diterapkan pada situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan, Sackmann menyatakan bahwa suatu kiasan dapat memberi gambaran yang gamblang pada tingkat kognitif, emosional, perilaku, serta menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya dari pelaku atau orang yang melakukan, dalam hal ini komunikator.[2]
Dari uraian mengenai iklim dapat dilihat bahwa iklim komunikasi sangat bergantung pada keterbukaan, proses pembuatan keputusan bersama, kepercayaan dan pemahaman terhadap tujuan bersama, serta perasaan memiliki terhadap tujuan tersebut, dalam artian bahwa iklim komunikasi menyangkut mengenai keselarasan pemahaman antara pemberi dan penerima pesan.[3]
Sebagai pengantar dalam uraian pembahasan makalah ini, adalah berdasarkan literatur yang diperoleh mengenai iklim komunikasi antarbudaya yang dipahami dapat menghasilkan dampak positif atau negatif tergantung kepada tiga dimensi sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan
2.      Pengetahuan tentang komunikan
3.      Perilaku atau tindakan terhadap komunikan

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan literatur yang diperoleh, perumusan masalah yang menyesuaikan dengan materi pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Perasaan positif terhadap komunikan?
2.      Bagaimana Pengetahuan tentang komunikan?
3.      Bagaimana Perilaku atau tindakan terhadap komunikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan
2.      Pengetahuan tentang komunikan
Perilaku atau tindakan terhadap komunikan



[1]Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2001, h. 240.

[2]http://aaipoel.wordpress.com/2007/06/07/komunikasi-organisasi-dan-motivasi/ (Online: 9 Oktober 2012)

[3]http://brataashia.blogspot.com/2011/06/memahami-teori-iklim-komunikasi.html (Online: 9 Oktober 2012)

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Perasaan Positif Terhadap Komunikan
Dari perspektif psikologi mengenai komunikasi, menurut Hovlan, Janis, dan Kelly, mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang individu menyampaikan stimulus kepada komunikan dengan lambang kata untuk mengubah tingkah laku orang lain, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dan kemudian memberikan efek atau feedback terhadap komunikan.[1]
Proses komunikasi dikatakan dapat berada dalam suatu iklim komunikasi yang dianggap sehat apabila komunikator menciptakan perasaan positif terhadap komunikan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengurangi prasangka (prejudice) terhadap komunikan, atau dapat diartikan tidak langsung menarik kesimpulan mengenai pesan yang disampaikan sebelum dicerna atau dipahami sebelum menyimpulkan sebuah pesan yang disampaikan.[2]
B.     Pengetahuan tentang Komunikan
Manusia sebagai komunikan secara umum, menurut pandangan ahli mantiq atau logika manusia adalah hayawan natiq (manusia adalah hewan yang dapat berfikir), sedangkan Ibn Khaldun seorang ahli filsafat mengatakan bahwa manusia adalah madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung pada tabiat atau perilakunya, dan Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia sebagai pribadi adalah makhluk individual, apabila hidup adalah sebagai makhluk yang merupakan bentuk kesatuan antara jiwa dan badan, dan dimaksud dengan pribadi adalah masing-masing dari manusia.[3]
Jalaluddin Rakhmat memaparkan empat teori psikologi tentang manusia, di antaranya adalah sebagai berikut:[4]
1.      Psikoanalisis (Homo Volens atau manusia berkeinginan); dalam hal ini maksudnya adalah manusia yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam.
2.      Kognitif (Homo Sapiens atau manusia berfikir); dimaksudkan bahwa manusia merupakan makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya.
3.      Behaviorisme (Homo Mechanicus atau manusia mesin); maksudnya adalah manusia yang digerakkan semuanya oleh lingkungan.
4.      Humanisme (Homo Ludens atau manusia bermain); maksudnya adalah manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.
Kebudayaan yang ada pada manusia selalu berkembang sebagai bentuk dari akibat dari asimilasi dan akulturasi antara kebudayaan milik kelompok atau ras yang satu dengan kelompok ras yang lainnya pada tempat yang berbeda, antara kelompok atau ras yang satu pada zaman dahulu dan zaman sekarang, atau dari generasi ke generasi.[5]
Pengetahuan mengenai komunikan merupakan pengetahuan dasar mengenai komunikan tersebut, termasuk mengenai suku, profesi atau pekerjaan, tempat tinggal, umur, atau termasuk juga latar belakang keturunan, serta mengenai keinginan, kebutuhan, dan harapan dari komunikan, karena dengan mengenal baik komunikan dapat menghasilkan komunikasi positif, begitu pula sebaliknya, apabila tidak mengenal baik dengan komunikan dapat menimbulkan komunikasi yang berdampak negatif.[6]
Fazlur Rahman menjelaskan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya yang secara ringkas maksudnya adalah secara fisik manusia sama dengan alam, tunduk dan patuh pada aturan takdir (qadar) dan hukum alam, yang menjadi perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah terletak pada keistimewaan dan tanggung jawabnya.[7]
Secara sosiologis, kelompok komunikan dalam bentuk terpisah atau terkumpul pada kelompok manusia yang disebut sebagai berikut:[8]
1.      Crowd; kelompok orang yang berkumpul pada suatu tempat atau ruangan tertentu yang terlibat dalam suatu persoalan atau kepentingan bersama secara tatap muka (direct communication).
2.      Publik; kelompok yang abstrak dari orang-orang yang menaruh perhatian pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama karena terlibat dalam suatu pertukaran pemikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk mencari solusi.
3.      Massa; orang banyak yang heterogen, tidak terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, dan permasalahan yang dihadapi berbeda atau terpencar.

C.    Perilaku atau Tindakan Terhadap Komunikan
Kecenderungan yang harus dihindari dalam penerapan tindakan verbal atau non-verbal, yaitu menghakimi nilai, adat istiadat, perilaku maupun aspek budaya lainnya dengan menggunakan sentiment kelompok sebagai standar bagi semua penilaian, atau dengan istilah etnosientrisme, karena hal tersebut dapat menjadikan proses komunikasi berdampak negatif, sehingga harus dihindari untuk membangun komunikasi khususnya komunikasi antarbudaya, termasuk yang harus dihindari adalah stereotyping atau generalisasi yang didasari dengan pengalaman yang terbatas.[9]
Dimensi terakhir dalam pencapaian iklim komunikasi antarbudaya yang dapat menimbulkan dampak positif adalah dengan perilaku yang diwujudkan ke dalam perilaku verbal atau non-verbal, perilaku tersebut berdasarkan dari tiga sumber utama yaitu: (1) kebiasaan; (2) maksud yang ada di dalam pikiran; serta (3) perasaan atau emosi.[10]
Ada beberapa hukum prinsip dasar yang harus diperhatikan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, hukum tersebut dirangkum menjadi satu kata yaitu REACH yang diuraikan sebagai berikut:[11]
1.      Respect; yaitu sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara (komunikan), karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
2.      Empathy; yaitu kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain, rasa empati menjadikan komunikator untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang memudahkan penerima pesan untuk menerima pesan tersebut, dapat juga diartikan kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap terhadap umpan balik dengan sikap positif.
3.      Audible; yaitu dapat dimengerti dengan baik, sehingga dalam menyampaikan pesan dapat dengan mudah dimengerti, hukum ini dapat diuraikan sebagai berikut:
-          Membuat pesan mudah dimengerti
-          Fokus terhadap informasi yang penting
-          Menggunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi pesan
-          Memperhatikan fasilitas yang ada dan lingkungan sekitar
-          Antisipasi terhadap segala kemungkinan masalah yang akan muncul
-          Selalu mempersiapkan rencana atau pesan cadangan.
4.      Clarity; yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan, serta tidak menimbulkan multi-interpretasi, hal ini juga bergantung pada kualitas suara serta bahasa yang digunakan.
Humble; yaitu sikap rendah hati, hal ini berkaitan dengan hukum pertama karena untuk membangun rasa menghargai adalah dengan sikap rendah hati.



[1]http://mantanresidivis.wordpress.com/2010/05/01/perkembangan-mutakhir-ilmu-komunikasi/ (Online: 10 Oktober 2012).

[2]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 48.

[3]http://www.docstor.com/docs/25154554/HAKIKAT-MANUSIA-DALAM-PANDANGAN (Online: 10 Oktober 2012).

[4]Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cetakan keduapuluhsatu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 18-19.

[5]F. Patty, dkk., Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, h. 19.

[6]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya…, h. 49.

[7]Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 92.

[8]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, h. 87-88.


[9]Siti Zainab, Harmonisasi Komunikasi dan Dakwah, Banjarmasin: Antasari Press, 2009, h. 84.

[10]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya…, h. 49.

[11]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah…, h. 165.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di dalam makalah sederhana ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan dapat ditimbulkan dengan menghindari prasangka negatif terhadap komunikan, dengan cara tidak menyimpulkan langsung sebuah pesan yang diterima, melainkan memberikan proses terhadap pesan tersebut dengan menjauhkan segala bentuk prasangka yang dapat menimbulkan dampak negatif dalam proses komunikasi yang dibangun.
2.      Pengetahuan mengenai komunikan merupakan landasan untuk mengenal komunikan tersebut, baik psikologis maupun sosiologis, karena dengan mengenal atau memiliki pengetahuan mengenai komunikan dapat membangun penilaian positif dari berbagai sudut pandang, tanpa mendahulukan sentiment kelompok sendiri, dalam artian membuka luas cakrawala pemikiran mengenai lawan bicara, sehingga memberikan pemahaman ekstra untuk menjadikan pemikiran positif terhadap lawan bicara tersebut.
Tindakan atau perilaku komunikan merupakan perilaku yang diwujudkan ke dalam perilaku verbal atau non-verbal, perilaku tersebut berdasarkan dari tiga sumber utama yaitu: (1) kebiasaan; (2) maksud yang ada di dalam pikiran; serta (3) perasaan atau emosi.
 
DAFTAR KEPUSTAKAAN

F. Patty, dkk., Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Moss, Stewart L. Tubbs-Sylvia, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2001.
Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Cetakan keduapuluhsatu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Zainab, Siti, Harmonisasi Komunikasi dan Dakwah, Banjarmasin: Antasari Press, 2009.
http://aaipoel.wordpress.com/2007/06/07/komunikasi-organisasi-dan-motivasi/
http://brataashia.blogspot.com/2011/06/memahami-teori-iklim-komunikasi.html
http://mantanresidivis.wordpress.com/2010/05/01/perkembangan-mutakhir-ilmu-komunikasi/
http://www.docstor.com/docs/25154554/HAKIKAT-MANUSIA-DALAM-PANDANGAN

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa share ya... :D